Kupas Tuntas

Tanggal 21 Mar 2022 - Laporan - 655 Views
Agung DW, Wartawan Harian Momentun

MOMENTUM--Seorang wanita terlihat sedang kesal. Sambil ngedumel, ia pun mendekati penjual roti bakar di depan sebuah minimarket. 

Kebetulan, saya juga sedang menunggu pesanan roti bakar. Karena masih terus ngedumel, iseng-iseng saya tanya.

"Kenapa bu?" tanya saya yang kepo—bahasa anak jaman sekarang.

Dia pun bercerita, awal mula kekesalannya. Jadi ceritanya dia diberikan informasi ada stok minyak goreng di minimarket tersebut.

Setelah disambangi, memang benar stoknya ada. Dia pun terlihat senang dan langsung mengambil beberapa liter.

Ketika membayar, dia pun terkejut. Dia mengira harganya masih Rp28 ribu per dua liter. Eh rupanya sudah lebih dari Rp50 ribu untuk dua liter. 

Alhasil, dia pun mengurungkan niatnya untuk memborong minyak goreng itu. Karena malu, dia terpaksa membeli dua liter minyak goreng dengan harga Rp50 ribu. 

Saya pun tertawa (dalam hati) mendengar ceritanya. Saya coba jelaskan kepadanya, kalau harga Rp14 ribu perliter itu sudah tidak berlaku lagi.

Dia pun masih ngomel-ngomel. Ya, saya maklumlah, namanya juga ibu-ibu. 

Kadang informasi yang diterimanya langsung ditelan mentah-mentah. Tanpa dicerna dulu.

Tak berapa lama, pesanan roti bakar pun jadi. Saya pun langsung pulang ke rumah. 

Di rumah, sebelum tidur biasanya saya duduk sembari menikmati sebatang rokok. 

Sambil nyantai saya pun kepikiran kejadian tadi. Tapi yang saya pikirkan, kalau minimarket itu sudah ada minyak goreng.

Padahal, dulu waktu pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan, minimarket itu selalu kosong. 

Alasannya tidak ada stok. Bukan hanya di situ. Semua minimarket yang saya datangi alasannya pasti stok kosong. 

Tapi sekarang, setelah HET dicabut hampir semua minimarket kembali menjualnya. 

Merk-merk yang dulu hilang dari peredaran kini muncul lagi. Agak aneh sih memang. 

Padahal dulu berapa saja stok yang disalurkan pemerintah, hampir tidak pernah ada minimarket yang jual minyak goreng. 

Kalaupun ada itu hanya satu hari saja. Alasannya langsung habis diserbu warga.

Artinya ada oknum yang bermain. Makanya ketika HET berlaku, stok terbatas. Ketika HET dicabut stok bisa dikatakan melimpah. 

Tapi siapa oknumnya? Inilah yang harus dikupas sampai tuntas. Apakah memang ada oknum (mafia) yang sengaja membatasi stok minyak goreng atau karena kesulitan bahan bakunya. 

Seperti yang dikeluhkan beberapa produsen minyak goreng selama ini. Ya, kita tunggu saja Menteri Perdagangan mengungkapkannya. 

Mudah-mudahan masalah ini bisa dikupas sampai tuntas. Kalau perlu sampai ke akar-akarnya. Itu saja. Tabikpun. (**)

Editor: Agung Darma Wijaya


Comment

Berita Terkait


Kunjungan Kerja Proyek Food Systems, Land Use ...

MOMENTUM, Semarang--Tim Deputy National Project Director Folur me ...


Maret 2024, BI: Indeks Keyakinan Konsumen Lam ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Keyakinan masyarakat Lampung terhadap ki ...


Kabar Gembira, RS Belleza Kedaton Kini Layani ...

MOMENTUM, Bandarlampung--'Kabar gembira bagi masyarakat Lampung. ...


Pabrik Gula SGN, Sudah Siap Memulai Giling 20 ...

MOMENTUM, Surabaya--Stok gula konsumsi nasional dalam waktu dekat ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com