MOMENTUM--Terlangkah kaki menyambut senangnya berangkat HAJI; dengan gerak optimis menapak langkah, bersenandung TALBIYAH dan ZIKIR senyum sumringah, semangat menggelora senangnya memenuhi panggilan Alloh untuk berhaji, ingin berkunjung kerumah-NYA juga bertemu dengan-NYA; duhai indahnya.
Tapi ternyata untuk memenuhi panggilan Alloh itu harus menggunakan ETIKA dan Tata cara; Alloh sebagai tuan rumah tak butuh penampilan baju kita yang bermode-mode atau berpola-pola; DIA juga tak butuh wanginya PARFUM kita, DIA tak butuh kita besolek dengan kecantikan palsu dibalik makeup.
DIA tak butuh ketampanan dan kegagahan kita, tapi DIA mau kita apa adanya, pakaian sederhana yang mungkin akan menjadi pakaian kita di padang mahsar kelak yaitu "KAIN IHROM".
DIA tak butuh jabatan, pangkat, kehormatan dan kedudukan duniawi kita, sebab perkara itulah yang selama ini banyak membuat kita sombong/angkuh, yang membuat DIA (Alloh) tidak suka, bahkan sorgapun menutup diri untuk ditempati; DIA mau kita apa adanya, hati kita, keiklasan kita.
Untuk mengetahui keikhlasan serta kesabaran orang yang mengaku tamunya, maka DIA uji dengan proses perjalanan haji, nafsu yang kadang seronok diingatkan oleh-NYA jangan ROFATS, tingkah laku yang suka berbuat maksiat dan fasik diingatkannya agar jangan FUSUQ, nafsu dan sifat ego kita yang selalu ingin menang sendiri, diingatkan agar tidak bertengkar dengan orang lain, dalam hal masalah kecil, apalagi masalah besar, kita dingatkan-NYA kita agar jangan JIDAL (bertengkar); indahnya haji dan segala ujian hati itu, terkumpul saat proses AROFAH MUZDALIFAH DAN MINA (ARMUZNA).
Diawali kita berada di tanah mulia dan waktu mulia tanggal 9 Dzulhijah bertepatan hari AROFAH, saat itu Alloh turun bersama para malaikat-malaikatNYA untuk mewisuda orang-orang yang berhaji, dan bila ingat tingkah laku kita, sikap kita dan kenistaan kita sebelumnya (salat sering tinggal, suami sering kasar, isteri yang mungkin durhaka, durhaka dengan orang tua, dengan orang lain pun kadang kita kasar dan bermusuhan).
Rasanya sangat tidak pantas dan malu kita berada di tempat itu, tapi Alloh maha pengampun, DIA akan hapuskan DOSA itu kalau kita mau berubah; dan yang lulus dengan ujian-ujian itu.
Maka mereka sangat pantas mendapat hadiah dan kehormatan terindah dari-NYA, berupa haji yang MABRUR; kenapa begitu.
Oh ternyata karena sumber keburukan itu diantaranya karena tidak terkontrolnya pikiran, lisan dan perbuatan kita, karenanya KADO MABRUR itu ternyata berisi mutiara-mutiara kebaikan yakni; SIFAT IKHLAS, SABAR dan SYUKUR.
"Dan ternyata yang tau kita MABRUR apa tdk hanya kita dengan Alloh", suami/ isteri, anak atau keluarga, masyarakat atau jemaah, relasi atau kawan kerja akan merasakan kemabruran itu ketika kebaikan sikap dan perbuatan yang kita miliki, lansung mereka lihat dan rasakan juga, wahai ALLOH ternyata SORGA yang engkau siapkan hanya bisa menerima manusia yang engkau senangi karena kethaatannya kepadamu dan suka berbuat kebaikan, tidak menyakiti dengan lisannya, tidak ZOLIM perbuatan dan keputusannya serta mampu mengendalikan nafsu birahi-NYA. Wallohu a'lam.
Oleh: PURNA IRAWAN, TPIHI Kloter JKG 49
Editor: Agus Setyawan
E-Mail: harianmomentum@gmail.com