Wartawan Latah

Tanggal 07 Okt 2024 - Laporan Adipati Opi. - 1225 Views
Adipati Opi, Wartawan Harian Momentum Biro Kota Metro.

MOMENTUM -- Ayam..ayam..ayam..ayam..ayam... 

Orang Latah, biasanya mengucapkan kata-kata dan sikap dadakan yang memancing tawa. Karena, sebagian orang pasti menganggap perilaku Latah adalah tingkah yang lucu.

Latah, dalam bahasa Inggris di sebut Talkative, di bahasa Yunani disebut Omilitikos, orang Arab biasanya menyebut Thaartar. Dalam bahasa Belanda, Latah biasa disebut Spraakzaam. Sedangkan di Jepang, orang Latah biasanya di panggil Oshaberi na. Kalau di tim saya, orang Latah di panggil Galer.

Kalau bertemu orang yang memiliki tingkah konyol seperti itu mungkin kita sudah terbiasa. Tapi bagaimana kalau perilaku Latah itu tiba-tiba di alami oleh seorang Wartawan.

Nah, kemarin saya sempat membuat beberapa tulisan jurnalistik mengenai kondisi dunia politik dan birokrasi di Pemerintah Kota Metro.

Ternyata, tulisan-tulisan saya kemarin membawa dampak positif di sebagian sektor. Termasuk berdampak pada sebagian wartawan di Kota Metro.

Dari wartawan kroco sampai kelasnya pemilik media ternyata ikut menumpahkan karya jurnalistiknya ke tulisan yang biasa di sebut berita Opini atau "Tajuk" itu.

Meskipun, gaya menulis "Tajuk" dengan bahan dan pengetahuan seadanya, serta kualitas tulisan yang masih dibilang "mentah". Setidaknya sudah ada keinginan mereka untuk belajar menulis, patut di apresiasi.

Di dunia Jurnalistik, tua dan muda hanya soal umur, angka. Tapi pengalaman dan pengetahuan, menjadi tolak ukur dimana " Belajar" menjadi senjata seorang wartawan untuk meningkatkan daya tangkap, daya pikir, daya kritis, serta pemikiran matang. Bukan lantaran untuk asal bapak senang, kami goyang.

Ada komentar kawan seprofesi saya terkait tulisan-tulisan saya kemarin. Dia bilang gini "Hebat tulisan bang Opi, bisa ngebangunin mayat yang udah lama mati," cetus.

Konotasi ucapan kawan saya itu ada benarnya juga. Sebab, seorang jurnalistik akan terus hidup bersama "Tulisannya". Tapi ketika seorang jurnalistik tidak lagi menulis, maka dia dianggap "mati".

Ungkapan sarkasme saya, buatlah karya tulisan yang intisarinya ada di jiwa. Jangan ikut-ikutan orang lain apalagi nge-ceunter tulisan kawan demi buat si bapak senang. Jaga Integritas, jangan jual harga diri.

Tabik...

Editor: Muhammad Furqon


Comment

Berita Terkait


Gerakan Koko di Tubaba ...

MOMENTUM -- Pelaksanaan pencoblosan pilkada serentak berlangung p ...


Tergerus Zaman ...

MOMENTUM-- Pekan lalu, saya pulang ke kampung halaman. Tepatnya d ...


Wartawan Latah ...

MOMENTUM -- Ayam..ayam..ayam..ayam..ayam... Orang Latah ...


Jangan Kaku-kaku Amat Om Bambang ...

MOMENTUM, Metro--Saya bingung harus manggil apa. Karena saya belu ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com