Berpengaruhkah Pernyataan Amien Rais?

Tanggal 16 Apr 2018 - Laporan - 859 Views
Mantan Ketua MPR RI, Amien Rais

Harianmomentum.com--Ketua Penasihat Persaudaraan Alumni 212 Amien Rais bicara soal partai setan dan partai Allah. Amien menyebut PAN, PKS dan Gerindra sebagai kelompok yang membela agama Allah.

 

"Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? untuk melawan hizbusy syaithan," ujar Amien.

 

Amien bicara saat memberi tausiyah usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4) pagi.

 

Amien tidak membeberkan partai apa saja yang masuk kategori partai setan. Ditanya usai acara, Amien menyatakan bahwa yang dimaksudnya adalah cara berpikir, bukan partai dalam konteks politik praktis.

 

Kembali ke tausiyah Amien Rais, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan perubahan suatu negara tak lepas dari perubahan politik. "Perubahan ekonomi, perubahan pendidikan, penegakan hukum, penegakan akhlak, dan lain-lain itu tergantung kepada kekuasaan politik itu," kata Amien.

 

Dalam tausiyahnya Amien juga mengkritik pernyataan Presiden Jokowi di Sibolga, Sumatera Utara, soal pemisahan agama dari politik.m"Ini presiden yang ilmunya pas-pasan... Sehingga kemudian memang untuk merekonstruksi bangsa kita ini, harus mulai dari rekonstruksi pimpinannya," kata dia.

 

Usai tausiyah, Amien menerangkan ada fakta gerakan 'Ganti Presiden tahun 2019' menyebar di Indonesia. Menurut Amien, gerakan itu sudah meluas ke berbagai kelas, dari kelas bawah, menengah, guru, hingga pegawai telah terpapar gerakan tersebut.

 

Menurut Wasekjen PAN Saleh Partaonan Daulay, semestinya banyak tindakan lain yang lebih merugikan masyarakat. Pernyataan yang disampaikan Amien soal 'Partai Allah dan Partai Setan' tidak perlu dijadikan polemik. Saleh menilai tak ada unsur ujaran kebencian yang dituturkan Amien.

 

Sementara, menurut anggota Dewan Kehormatan PAN Dradjad Wibowo apa yang disampaikan Amien dalam konteks tauhid Islam yang sesuai Alquran dan bukan konteks parpol. Dia juga menyebut sejumlah ayat yang menjadi rujukan Amien. "Yang disampaikan Pak Amien itu adalah dalam konteks tauhid Islam sesuai Alquran. Bukan dalam konteks Parpol," kata Dradjad dalam pernyataan tertulisnya.

 

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon yang menilai ucapan mantan Ketua MPR itu sebagai sebuah kiasan. Dia mengatakan pengutipan hizbullah (partai Allah) dan hizbusy syaitan (partai setan) tersebut bukan dalam konteks Parpol. Selain itu, PKS yakin Amien Rais punya alasan melempar pernyataan itu. "Pak Amien politisi senior, pasti punya alasan dengan pernyataan itu," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.

 

Wasekjen PKB Daniel Johan mengatakan pernyataan tersebut tak perlu dipahami secara politik karena disampaikan Amien Rais dalam sebuah tausiyah. Pernyataan Amien ini pun bikin Sekjen Partai NasDem, Johny G Plate merasa sedih.  Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengaku sulit mengikuti lompatan pemikiran eks Ketua MPR itu. Ketum PPP Romahurmuziy juga menyebut Amien Rais tidak bisa langsung mengelompokkan partai setan dan partai Allah agar tidak memancing polemik. Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily, meminta Amien lebih bijak dan santun dalam bicara.

 

Ketua Bidang Kehormatan PDIP, Komarudin Watubun, kepada detikcom, Senin (16/4/2018) menyatakan pihak pelapor juga punya hak untuk melaporkan Amien. Selanjutnya, PDIP lebih menyayangkan sikap Amien. "Saran kita, Pak Amien lebih baik gunakan kemampuan intelektualnya, kecerdasannya, untuk menceredaskan kehidupan yang lebih baik, daripada menyampaikan informasi yang justru bikin blunder sampai dilaporkan ke polisi. Waktu kita habis menanggapi hal-hal yang tidak terlalu penting," tutur Komarudin.

 

Dia mengingat Amien Rais saat masih menjadi Ketua MPR di awal reformasi. Saat itu dijalankan amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945. Sejak saat itu, yakni sejak era Amien Rais duduk di MPR, partai politik dijadikan sebagai instrumen penting dalam konstitusi negara. Maka seharusnya Amien sadar bahwa partai politik adalah instrumen penting dalam bernegara. Kalau dalam perjalanannya Pak Amien punya penilaian, maka hendaknya menggunakan cara yang lebih beradab dan terhormat," kata Komarudin.

 

Sebelumnya, Cyber Indonesia melaporkan Amien Rais ke kepolisian dengan tuduhan melakukan ujaran kebencian melalui pernyataannya terkait partai Alloh dan partai setan. "Hari kita buat laporan polisi terkait dengan terlapornya adalah saudara bapak AR (Amien Rais) berhubungan dengan adanya kutipan di media sosial yang saya lihat sendiri," ucap Ketua Cyber Indonesia, Aulia Fahmi, kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (15/4/2018).

 

Aulia melaporkan Amien Rais ke Polda Metro Jaya dengan nomor laporan LP/2070/IV/2018/PMJ/Ditreskrimsus. Dia melaporkan Amien dengan tuduhan tindakan pidana ujaran kebencian SARA dan penodaan agama melalui media sosial. Seperti pasal 28 ayat 2, UU ITE, dan atau pasal 156 a KUHP.

 

Menurut Aulia, Amien telah melakukan provokasi masyarakat dalam penyebutan partai Islam dan setan. Itu, kata Aulia, tidak sesuai dengan dasar negara Pancasila.

 

Aulia merasa, Amien telah melecehkan partai di luar tiga partai yang disebut partai Allah. Baginya, hal ini bisa merupakan ujaran kebencian. Selain ujaran kebencian, Aulia pun menuduh Amien melakukan penistaan agama. Hal ini karena telah menyebut ada orang tidak bertuhan.

 

Berpengaruhkah?

 

Silang sengkarut terkait pernyataan Amien Rais perlu disikapi secara bijaksana, agar tidak dipolitisasi kelompok tertentu untuk memanaskan situasi nasional. Baik yang pro dan kontra perlu bertemu dan berdialog dengan Amien Rais untuk memahami jalan pikirannya, karena pernyataannya bisa jadi merupakan buah pengalamannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan filosuf Jerman, Immanuel Kant.

 

Dalam salah satu karya terkenalnya, Immanuel Kant yaitu Critique of Pure Reason (Kritik der reinen Vernunft, 1781), yang dianggap sebagai salah satu karya berpengaruh bagi dunia filosofi. Buku ini memperbaiki kesalahan filosofi tradisional dan metafisika dalam menjelaskan teori mengenai pengalaman manusia. Di buku ini, ia menjelaskan mengenai hubungan antara alasan dan pengalaman manusia.

 

Ia mengatakan bahwa pikiran manusia membentuk pengalaman, sehingga manusia memiliki asas sebab dan akibat dari setiap pengalaman yang terjadi.

 

Amien Rais juga menyatakan bahwa “yang dimaksudnya adalah cara berpikir, bukan partai dalam konteks politik praktis”. Hal inipun dapat dianalisis apakah cara berpikir Amien Rais adalah berpikir positif ataukah sebaliknya.

 

Berpikir positif adalah kemampuan berpikir seseorang untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya, sebagai bahan yang berharga untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima.

 

Peale menyatakan bahwa individu yang berpikir positif akan mendapatkan hasil yang positif dan individu yang berpikir negatif akan mendapatkan hasil yang negatif (Peale, 2006:135). Menurut Jim Dornan dan John Maxwell (1996), pemikiran yang positif dapat  mengubah hidup serta membuat kita sukses dalam setiap usaha yang ingin dikejar.

 

Sedangkan, W. W. Ziege adalah tidak akan ada yang dapat menghentikan orang  yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seorang yang sudah bermental negatif. Yang perlu digaris bawahi adalah seseorang yang berpikiran positif pasti mampu menghasilkan sesuatu.

 

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pernyataan Amien Rais akan memiliki pengaruh di tengah masyarakat? Kepemimpinan yang efektif membutuhkan kekuasaan (power). Dalam tingkatan dan bentuk yang berbeda-beda, setiap orang dalam organisasi baik atasan maupun bawahan memiliki kekuasaan. Kekuasaan itu perlu digunakan secara tepat sedemikian rupa, agar bisa mencapai tujuan-tujuan organisasi.

 

Menurut Colquitt, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai "the ability to influence the behavior of others and resist unwanted influence in return" atau kemampuan untuk mempengaruhi perilaku pihak lain dan menolak pengaruh yang tidak diinginkan dari pihak lain. Sedangkan menurut De Janasz, Dowd, dan Schneider, "Power is the ability to get someone to do something you want done or the ability to make things happen in the way you want." Dengan kata lain, kekuasaan merupakan kemampuan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu yang Anda ingin itu dilakukan, atau kemampuan untuk membuat hal-hal tertentu terjadi dengan cara yang Anda inginkan. Sedangkan Robbins dan Judge mendefinisikan kekuasaan yaitu "A capacity that A has to influence the behavior of B so that B acts in accordance with A's wishes." 

 

Sedangkan DuBrin mendefinisikan kekuasaan sebagai "the potential or ability to influence decisions and control resources." Kekuasaan dalam organisasi dapat diperoleh dari banyak sumber. Achua and Lussier dalam bukunya Effective Leadership mengatakan bahwa "Power is the leader's potential influence over followers. Because power is the potential to influence, you do not actually have to use power to influence other". Dengan demikian, kekuasaan adalah pengaruh potensial dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya. Karena kekuasaan itu adalah potensi untuk mempengaruhi, maka seseorang tidak benar-benar harus menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi. Hal senada dikemukakan para pemikir lainnya seperti Greenberg, Jerald, Baron, dan Gibson.

 

Dari pemikiran sejumlah pakar tersebut, maka dalam menganalisis dampak atau tidak berdampaknya pernyataan Amien Rais dapat dinilai bahwa kecil kemungkinan pernyataan Amien Rais akan berdampak terutama di kalangan masyarakat perkotaan yang literasi medianya sudah mencukupi dan memiliki banyak sumber. Disamping itu, karena pengaruh itu hanya dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki “kekuasaan”, maka pendapat Amien Rais jelas diprediksi tidak akan berpengaruh secara luas, bahkan mungkin counter productive, dan memunculkan sentimen negatif terhadap Amien Rais. Namun, pelajaran pentingnya adalah prominent figure wajib dan musti hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan atau pemikirannya, apalagi ditahun politik seperti saat ini.(*)

 

Penulis: Winata, doktor lulusan Universitas Padjajaran.

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Hak Angket dalam Pilpres 2024: Solusi Atau Si ...

MOMENTUM -  Tahapan Pemilu merupakan sebuah rangkaian proses ...


Aliza Gunado: Debat Terakhir Meyakinkan untuk ...

MOMENTUM--Pada debat ke 5 yaitu debat trakhir,  Jubir TKD Pr ...


AICIS dan Keberanian Mendefinisikan Ulang Per ...

MOMENTUM, Bandarlampung--KETEGANGAN agama-agama masih terjadi di ...


Kebun PTPN VII Bumper Ekologis Kota Bandarlam ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Kebun Karet PTPN VII Bumper merupakan sa ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com