MOMENTUM, Bandarlampung--PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII memperkenalkan usaha barunya, budidaya belatung atau larva lalat tentara hitam yang populer dengan sebutan black soldier fly (BSF) atau magot.
Budidaya larva BSF yang hasilnya diekspor ke Negara Eropa itu diperkenalkan oleh Direktur Komersial PTPN VII Achmad Sudarto di acara Seminar Perkebunan bertajuk "membangkitkan kejayaan komoditi perkebunan Lampung".
Baca juga: Seminar PWI, Membangkitkan Kejayaan Komoditi Perkebunan Lampung
Kegiatan yang digagas Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung tersebut bertempat di Gedung PTPN VII, Jalan Teuku Umar, nomor 300, Bandarlampung, Senin (18-11-2019).
"Ini adalah belatung yang bahan bakunya BSF, lalat besar yang bertelur, lalu telurnya jadi belatung (larva)," kata Achmad Sudarto seraya menunjukkan larva lalat BSF yang telah dikeringkan.
Budidaya larva BSF tersebut berlokasi di wilayah Bekri, Lampung Tengah.
"Dalam waktu 14 hari sebelum jadi larva, dengan teknologi tertentu ukurannya akan besar dan rata," jelasnya.
Achmad Sudarto mengatakan, larva tersebut diekspor ke Eropa untuk campuran bahan makanan hewan, seperti kucing dan anjing.
"Di Eropa juga sudah mulai dijadikan cemilan di rumah makan, dimakan dengan mayones," ungkapnya.
Dia memastikan, larva BSF produksi PTPN VII mengandung proteinnya tinggi, sehingga sangat baik untuk kesehatan.
Baca juga: FP Unila Siap Dilibatkan, Wujudkan Petani Lampung Berjaya
Apalagi, sambung dia, larva BSF budidaya mereka, diberi makan bungkil sawit dengan proses pengelolan yang dilakukan secara higenis sehingga sehat untuk dimakan.
"Tapi kalau larva yang makannya sampah, seperti dedauanan, sisa buah-buahan, dan sampah rumahan lainnya, itu untuk pupuk magot cair, jadi tidak bisa dimakan," terangnya.
Pantauan harianmomentum.com, beberapa peserta turut mencicipi larva kering BSF, yang punya cita rasa gurih. Salah satu yang mencicipi yaitu Ketua PWI Lampung, Supriyadi Alfian.(acw)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com