MOMENTUM, Bandarlampung--Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung membangun sejumlah mega proyek di tengah pandemi covid-19 menuai kritik dari berbagai kalangan.
Salah satunya dari IB Ilham Malik, Akademisi Universitas Bandarlampung (UBL) sekaligus Pengamat Tata Kota dan Trasportasi Lampung.
Ilham menilai, rencana pemkot membangun flyover dan sejumlah proyek bernilai puluhan miliar lain dalam kondisi saat ini justru menimbulkan polemik di kalangan masyarakat.
"Seharusnya, program ini disesuaikan dengan isu global yakni pandemi Covid-19. Saya menyadari bahwa program pembangunan flyover adalah sebuah program yang sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelum pandemi ini muncul," kata Ilham yang juga Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Lampung itu.
Menurut dia, walikota dan jajaran seharusnya mempertimbangkan kembali rencana program pembangunan yang telah dicanangkan sebelumnya.
"Bukan berarti pembangunan flyover tidak penting. Tetapi ada hal lain yang harus lebih diutamakan serta perlu dipertimbangkan oleh pemkot," ucapnya.
Dia menjelaskan, anggaran pembangunan flyover yang mencapai Rp35 miliar, bisa dialihkan untuk program lain, seperti penanganan wabah Covid-19 ataupun pengembangan moda transportasi.
Baca Juga: Bangun Flyover Ditengah Covid-19, Pemkot Disebut Tak Punya Nurani
Bahkan, lebih baik jika anggaran itu dialokasikan untuk membangun jalan lingkar dan pengembangan sistem moda transportasi massal.
“Contohnya sistem angkutan umum massal perkotaan berbasis bus, kereta api serta pedestarianisasi bagi pejalan kaki dan juga pengguna sepeda,” jelasnya.
Sehingga secara perlahan Kota Bandarlampung dapat mengembangkan transport orientid development (TOD) atau pengembangan orientasi transportasi.
Seharusnya Pemkot Bandarlampung berpikir untuk mewujudkan hal tersebut. Bukan membangun secara partial (sebagian) tanpa mengintegrasikan program yang dibuat dengan rancangan masa depan kota.
"Pertanyaannya, apakah saat ini walikota memiliki rancangan masa depan kota seperti yang diharapkan oleh masyarakat? Hal yang harus diingat, rancangan kota bukanlah versi pribadi tetapi melihat kecenderungan global kemana arah pembangunan kota itu ke depan," tegasnya.
Terkait masalah angkutan massal, Ilham menyebutkan bus rapid trans (BRT) yang pernah dikembangkan oleh Pemkot Bandarlampung sebelumnya, jika diurus dan dimanajemen dengan benar, akan jauh lebih baik dibandingkan dengan BRT di kota-kota lain.
"Sebab, kita berbasiskan private Investment atau investasi swasta. Tentu saja harus didukung dengan kebijakan lainnya. Sehingga sektor pribadi di bidang transportasi publik bisa berkembang dengan baik. Jadi, jangan sampai nanti pemkot mengatakan BRT gagal, padahal tidak diurus. Sehingga itu menjadi alasan untuk mengembangkan flyover di mana-mana," sebutnya.
Hal tersebut justru menimbulkan polemik dan akhirnya masyarakat beranggapan bahwa Walikota Herman Hn cenderung tidak dapat beradaptasi dengan tantangan masa depan.
"Yang mana kota ini bukan lagi membutuhkan flyover. Tetapi membutuhkan angkutan umum yang baik dan memadai. Kemudian, itu harus diurus secara serius, bukan hanya dilaunching (diluncurkan) sekali lalu dibiarkan begitu saja. Sebab, mengembangkan angkutan umum massal sama beratnya dengan mengelola kota secara keseluruhan. Itu harus secara berkelanjutan berkesinambungan serta diperbaiki setiap saat," tegasnya.
Ilham melanjutkan, harus ada korelasi apa yang menjadi mimpi walikota dengan apa yang menjadi trend atau kecenderungan masa depan kota kedepannya. Seperti untuk tahun 2050 atau 2080 yang seharusnya telah disiapkan sejak awal oleh Pemkot.
"Sekali lagi, saya bukan mengatakan flyover yang akan dibangun saat ini adalah hal yang salah. Tetapi momennya tidak tepat. Seharusnya bukan dibangun pada masa pandemi seperti saat ini," pungkasnya.(**)
Laporan: Vino Anggi Wijaya
Editor: Andi Panjaitan
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com