MOMENTUM, Bandarlampung--Kegagalan dalam dunia usaha pasti akan dialami para pelaku usaha. Apalagi, pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) saat ini.
Bahkan, tercatat sebanyak 3.481 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi Lampung pun ikut terkena dampak yang cukup serius.
Dari banyaknya usaha yang terdampak Covid-19, salah satunya pengrajin kain tapis khas Lampung di Kelurahan Gunungterang, Kecamatan Langkapura Kota Bandarlampung.
Pengrajin usaha kain tapis, mulai dari baju adat, tas dan perhiasan khas Lampung yang sudah digelutinya bertahun-tahun harus terhenti lantaran sepinya pembeli sejak pengumuman pasien pertama positif Covid-19 di Lampung.
Meski demikian, hidup harus terus berlanjut sehingga perlu upaya dan pengembangan kreativitas untuk bertahan dalam situasi tersebut.
Nur--sapaan akrab Nur Aini--. Ibu rumah tangga dan pengrajin tapis itu mulai menyesuaikan usahanya dengan kondisi terkini yakni menekuni pembuatan masker etnik khas Lampung.
Bukan tanpa air mata dan perjuangan. Dibantu enam orang karyawannya yang masih tetangganya, Nur pun menghasilkan ratusan masker dalam satu hari.
Berbekal pengalamannya sebagai pengrajin kain tapis khas lampung, Nur memproduksi masker etnik dengan sentuhan benang emas menjadi masker etnik khas Lampung.
"Awalnya sempat terpuruk juga. Tapi akhirnya terpikir untuk produksi maker kain etnik. Akhirnya pelan-pelan mulai produksi," ungkap Nur, Sabtu (24-10-2020).
Dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya, masker etnik mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terlebih bagi kalangan perempuan. Masker etnik adalah pilihan selain sebagai faktor kesehatan juga sebagai lifestyle.
Perlahan, Nur mampu menghidupkan kembali pundi-pundi pendapatan bagi karyawannya. Kini, masker etnik yang diproduksi bisa melayani lebih dari 40 reseller.
"Alhamdulillah sekarang sudah jalan. Bahkan sudah banyak reseller yang ikut gabung untuk menjual produksi kami," kata Nur.
Bagi Nur, Covid-19 bukan hambatan. Selain tetap mematuhi protokol kesehatan, tidak keluar rumah jika tidak terlalu penting, tidak berkerumun, saat masa pandemi ini adalah waktu yang tepat memunculkan ide-ide kreatif.
Nur berharap keberaniannya untuk memulai memproduksi masker meski bukan bidang yang digelutinya bisa menjadi contoh bagi 3400an pelaku UMKM lainnya di Lampung yang terdampak Covid-19.
"Kita tidak boleh menyerah. Harus bangkit dan tetap produktif walau di tengah himpitan pandemi," ujarnya optimistis.
Bukankah akhirnya tujuan hidup itu jadi sederhana, jadi manusia yang bermanfaat bagi sesama juga tidak mudah menyerah.(**)
Laporan: Ira Widya
Editor: Agus Setyawan
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com