MOMENTUM, Bandarlampung--Lampung menjadi salah satu provinsi dengan tingkat kematian pasien terkonfirmasi covid-19 yang cukup tinggi.
Berdasarkan data tertanggal 27 Mei 2021, dari total 17.826 kasus konfirmasi covid-19 tercatat 983 diantaranya meninggal dunia atau sekitar 5,51 persen.
Sedangkan pasien yang sembuh mencapai 16.023 orang atau sekitar 89,88 persen. Sisanya masih menjalani isolasi dan karantina.
Bahkan, beberapa waktu lalu Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nasional Doni Monardo menyebutkan, jika angka kematian di Lampung melebihi rata-rata nasional yang hanya berkisar 2,8 persen.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Lampung Reihana pun mengungkapkan, angka kematian pasien terkonfirmasi positif didominasi masyarakat lansia (lanjut usia) yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Karena itu, berdasarkan hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi terkait penanganan covid-19, pos pembinaan terpadu (posbindu) perlu diaktifkan.
"Jadi kesepakatan kita adalag mengaktifkan posbindu, karena angka kematian tertinggi ada pada lansia," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Lampung Reihana.
Dia menyebutkan, jika ditemukan ada pasien lansia dan memiliki komorbid akan langsung dideteksi. "Jadi kalau posbindu diaktifkan, maka lansia dan yabg memiliki komorbid," ujar Kepala Dinas Kesehatan Lampung itu.
Diharapkan dengan diaktifkannya posbindu, maka angka kematian pasien covid-19 lansia yang memiliki komorbid bisa diminimalisir.
Selain itu, dia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Menurut dia, untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 perlu kedisiplinan seluruh pihak dalam mematuhi protokol kesehatan.
Terpisah, Ketua IDI Cabang Bandarlampung dr Aditya M Biomed mengatakan, berdasarkan ilmu epidemiologi atau ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit mutasi covid-19 dipicu tiga faktor itu.
"Seperti faktor dari virus, pada perjalanannya virus corona beradapatasi dengan cara bermutasi, seperti bermutasi dengan lingkungan dan suhu," kata dr Aditya.
Kemudian, lanjut dia, faktor manusia yakni daya tahan tubuh, merupakan salah satu pemicu virus tersebut untuk bermutasi.
"Daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda. Sehingga memicu masa inkubasi covid-19 pada manusia juga berbeda-beda," ujarnya.
Menurut dia, hal itu membuat setiap orang yang terpapar masa kesembuhannya bergantung pada daya tahan tubuh. Sehingga menjadi berbeda-beda.
"Ada yang dua pekan baru sembuh, bahkan ada orang yang mencapai tiga pekan baru dinyatakan sembuh. Jadi jangan heran, meskipun virusnya sama, tapi masa kesembuhannya berbeda-beda, tergantung daya tahan tubuh," terangnya.
Sedangkan, faktor ketiga yang berasal dari lingkungan, juga memiliki andil bagi virus corona dalam mempercepat bermutasi.
"Lingkungan harus diperbaiki, sehingga menciptakan lingkungan yang sehat agar udara menjadi lebih bersih. Jadi kolaborasi dan kombinasi ketiga faktor itu mempermudah mutasi virus corona," jelasnya.
Karena itu, dia menegaskan masyarakat harus disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan guna memutus rantai penularan covid-19 serta mencegah virus untuk bermutasi.
"Penerapan protokol kesehatan harus diperketat, masyarakat harus benar-benar disiplin dalam memakai masker, menjaga jarak dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun di air yang mengalir serta menghindari kerumunan," tegasnya.
Selain itu, dia mengimbau, masyarakat harus menjaga imun tubuh dengan cara rutin berolahraga serta mengonsumsi makanan bergizi.
"Selain menerapkan prokes, berolahraga serta mengonsumsi makanan bergizi dapat meningkatkan imun tubuh bagi setiap orang. Sehingga tidak mudah terserang virus," imbaunya. (**)
Laporan/Editor: Agung DW
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com