Dibalik Layar

Tanggal 02 Mei 2023 - Laporan Glenn KS - 956 Views
Glenn Krishnadwipa S, wartawan Harian Momentum.

MOMENTUM-- Mayoritas orang pasti sudah pernah makan di restoran. Kalau pun belum, setidaknya pernah mampir di rumah makan sederhana di pinggiran jalan.

Lantas, masakan apa yang paling anda sukai? Tentu jawabannya beragam. Ada yang gemar menyantap masakan khas padang seperti rendang. Ada pula yang suka masakah khas jawa, dan lainnya.

Soal selera tidak bisa disamaratakan. Tapi poin pentingnya adalah, semua orang punya makanan favorit. Lalu, pernahkah anda tau proses pembuatan makanan itu?

Tentu tidak semua orang paham bagaimana proses pembuatan rendang hingga nikmat saat disantap. Ada tahapan panjang yang dilalui, sebelum daging sapi itu bisa dinikmati. Tentu, sang juru masak yang paham secara detail proses tersebut. 

Dalam tulisan kali ini, bukan kenikmatan rasa masakan yang disiapkan koki di dapur yang ingin saya bahas. Tetapi mencoba menganalogikan itu terhadap profesi saya. Seorang jurnalis.

Hidangan makanan itu tak ubahnya seperti berita yang tersaji di media massa. Ada proses panjang yang harus dilalui hingga termuat di media. Entah itu online, cetak atau pun televisi.

Kebanyakan pembaca hanya tau beritanya. Tanpa pernah tau bagaimana proses mendapatkan, mengolah, hingga menyajikan informasi yang kredibel itu kepada publik.

Tentu banyak tenaga, pikiran, dan waktu yang dibutuhkan seorang jurnalis untuk menghasilkan sebuah berita akurat, berimbang dan akuntabel. Tentu tujuannya demi memuaskan hasrat pembaca. 

Belum lagi jika berita tersebut berkaitan dengan hukum yang melibatkan oknum aparat. Tentu nyawa bisa menjadi taruhannya.

Nah, karena saat ini masih dalam suasana lebaran, maka saya akan menyingkap sedikit proses pembuatan berita saat arus mudik dan arus balik lebaran terjadi.

Disaat mayoritas orang bisa berkumpul bersama keluarga tercinta di rumah, kami (para jurnalis) masih berjibaku di lapangan. Tidak bisa bertemu orang tua dan orang- orang terdekat.

Sedih? Sudah pasti. Rasa itu sangat manusiawi. Tapi demi tugas profesi yang kami junjung tinggi, biarlah rasa sedih itu terbawa dalam berita.

Saat meliput arus mudik kemarin, saya bertugas di Pelabuhan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel). Sesekali saya ikut kapal menyeberang ke Pelabuhan Merak, Banten.

Tentu untuk mendapatkan informasi kredibel dan sisi menarik lainnya seputar info mudik. Bahkan tidur beralaskan terpal saya lalui.

Bukan bermaksud curhat, tetapi sekedar berbagi informasi. Bagaimana sulitnya mendapatkan sebuah berita yang menarik untuk pembaca.

Belum lagi mencari topik yang hangat, lalu melaksanakan kegiatan peliputan, mengambil foto hingga menulis berita. 

Sayangnya, masih saja ada oknum wartawan yang seenaknya mengambil berita dan foto tanpa izin. Bahkan tidak menyebutkan sumbernya.

Tolong hargai perjuangan para jurnalis yang sudah berusaha dan mengorbankan banyak hal di lapangan. Anda jangan hanya mengambil keuntungan. Tabikpun. (**)

Editor: Agus Setyawan


Comment

Berita Terkait


Kisah Samsul, Si Pembual ...

MOMENTUM--Ternyata Samsul tak hanya hobi rombak pejabat diam-diam ...


Kisah Samsul, Hobi Rombak Pejabat ...

MOMENTUM--Alkisah, di suatu provinsi, ada seorang pemimpin yang b ...


Seperti Kentut ...

MOMENTUM-- Anda tahu kentut? Ya, suara tanpa bentuk itu merupakan ...


Yus Bariah, Tidak Bersalah ...

MOMENTUM -- Di pengadilan, ada sebutan hakim nonpalu. Yaitu, peng ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com