MOMENTUM, Bandarlampung -- “Pemimpin yang sukses tidak lahir dari perjuangan yang ringan dan risiko yang kecil. Dia pasti terlatih dan menempa diri dengan tekun. Berhitung dengan mitigasi dan keyakinan. Berani masuk ke pusaran ombak dan badai besar. Konsentrasi kepada tujuan, dan terus mencari tantangan baru. Itu hanya dimiliki oleh sosok yang punya mentalitas kuat dan tangguh.”
Pernyataan ini disampaikan Tuhu Bangun, Region Head PTPN I Regional 7 kepada 30 peserta pelatihan asisten tanaman dan teknik pengolahan PTPN I di Bandar Lampung, Jumat (27/9/24). Kegiatan juga diikuti Manajer, Kepala Bagian, Asisten Kepala, dan Asisten Kebun Karet Wilayah Kerja Lampung, Sumsel dan Bengkulu, secara online. Ia menjadi salah satu pembicara penutup pada seri “CEO Talk” bertema Leadership Resiliency pada Program Enhancing Operational Excellence yang diikuti peserta dari tujuh Regional di seluruh Indonesia.
Pada sharing experience session ini, tampak hadir SEVP Business Support Bambang Agustian, SEVP Operation Wiyoso, Kabag. SDM Ronald Sudrajat, Kabag. Sekretariat dan Hukum Jumiati, dan beberapa staf lain. Tuhu Bangun yang membawakan materi secara lugas yang memadukan teks, konteks, dan bumbu pengalaman pribadi menjadikan sesi ini sangat cair dan berisi. Setidaknya tiga film pendek bermuatan motivasi dan inspirasi dia tayangkan untuk membangun rasa optimistis.
Menurut Tuhu Bangun, dunia saat ini, termasuk bisnis bidang agro yang sedang dilakoni, sedang tidak baik-baik saja. Ibarat berkendala di jalan tol, kata dia, kita sedang dipacu dengan kecepatan tinggi. Program transformasi bisnis yang dijalankan pemegang saham, yakni PTPN III Holding, adalah upaya konstruktif untuk menggerakkan roda bisnis di PTPN Group agar cepat pulih dan mencapai kinerja terbaik.
“Saat ini kita sedang berpacu dan dipacu oleh sistem yang memang disiapkan untuk akselerasi. Pemegang saham sedang melakukan transformasi bisnis sangat fundamental. Ibarat mengemudi di jalan tol, kita ini sedang kecepatan penuh. Ini butuh fisik yang prima, kendaraan yang sehat, dan pengendara dengan konsentrasi penuh. Selip dan lengah sedikit, habis kita,” kata dia.
Pria yang sudah berotasi sebagai direktur di beberapa PTPN ini memberi beberapa tips untuk bisa menjadi pemimpin di era ini. Ia menyebut saat ini sebagai era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) yang penuh ketidak pastian.
“Era VUCA yang penuh ketidak pastian ini harus dijawab oleh pemimpin yang memiiliki keberanian lebih, ketangguhan berjuang, fokus, mitigasi risiko yang baik, dan performa yang tinggi. Itu hanya dimiliki oleh pemimpin yang mentalnya teruji. Kalau sudah pasang target, jangan pernah mundur. Makanya saya tekankan kalian bangun focus mentality,” kata dia.
Salah satu film pendek berjudul “Lion Mantality” ditayangkan Tuhu Bangun untuk menggambarkan bagaimana menancapkan target yang tinggi, bahkan terkesan mustahil tetap dapat diraih. Film yang dijahit dengan slide-slide motivatif itu menunjukkan seekor singa relatif kecil dengan susah payah menundukkan seekor gajah untuk menjadi mangsa.
“Mengapa seekor singa mampu menundukkan gajah yang tubuhnya jauh lebih besar? Itu karena dia fokus, fokus, dan fokus. Apa yang ada di pikiran dia hanya makan, makan, dan makan. Maka, dengan nyali yang besar dan mental yang kuat, dia bisa. Ini juga seharusnya terjadi pada kalian. Kalau saat ini target produksi karet 1,2 ton per hektare, tahun depan pasang 1,8 ton atau 2 ton. Ini tantangan yang akan membuat kalian terpacu dari yang semula dianggap mustahil,” kata dia.
Sesi CEO Talk selama dua jam penuh ini menjadi terasa sangat singkat dengan model pembawaan Tuhu Bangun yang berapi-api dan menantang. Sepanjang sesi juga bertabur pesan-pesan motivatif yang menggugah para asisten yang diantaranya berusia milenial.
Meskipun membawa peserta ke atosfer antusias dan terkesan ambisius, Tuhu Bangun menutup sesi ini dengan film pendek bertema domestik spiritual. Video pendek ini menyorot seorang perempuan kulit hitam berbicara di depan audiens yang mayoritas usia sepuh. Dia bercerita bahwa suaminya berkulit puith dan sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Mengenang suaminya, ia berkaca-kaca ketika menceritakan bahwa saat hidup suaminya bertubuh subur, jika tidur mendengkur keras, dan sering buang gas. Suatu saat, ibunya menginap di rumah pasangan ini mendengar suara dengkuran dan aroma tak sedap, bertanya suara dan bau apa? Sang istri bilang; “Itu suara anjing.” Di akhir film, perempuan itu mengaku kangen dengan suara dan aroma itu setelah lama tidak ada lagi.
Film ini kemudian “diterjemahkan” oleh Tahu Bangun untuk menyimpan aib diri, kaluarga, suami/istri, rekan kerja, juga para atasan. Sebab, suatu saat kita akan kangen dan berterima kasih kepada orang-orang yang dulu terasa menjengkelkan.
“Kuatkan ketaatan kita kepada Tuhan, sayangi orang tua kalian, cintai istri/suami dengan sepenuh hati, sayangi dan lindungi anak-anakmu dengan yang terbaik. Cintai pekerjaan kalian dengan dedikasi yang tinggi. Tutupi aib sesama. Insyaalloh kalian sukses di rumah, di lingkungan, dan di pekerjaan. Juga selamat dunia akhirat,” kata dia. (*)
Editor: Muhammad Furqon
E-Mail: harianmomentum@gmail.com