Jelang Akhir 2024, BI Catat Inflasi di Lampung Stabil

Tanggal 03 Des 2024 - Laporan Wawan/rls - 171 Views
Ilustrasi. Petani menghumpulkan hasil panen bawang merah.

MOMENTUM, Bandarlampung-- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Lampung memprakirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di provinsi setempat akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1 persen (yoy) hingga dengan akhir tahun 2024.

Hal itu disampaikan Kepala BI Lampung, Junanto Herdiawan dalam keterangan persnya, Selasa (3-12-2024).

Namun, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti (Core Inflation) berupa peningkatan demand menjelang periode HBKN Nataru serta berlanjutnya peningkatan harga emas.

Selanjutnya dari sisi Inflasi makanan yang bergejolak (Volatile Food) adalah (i) kenaikan harga bawang merah dan aneka cabai seiring dengan curah hujan yang meningkat pada akhir tahun; (ii) kenaikan harga minyak goreng sejalan dengan peningkatan harga global.

Adapun risiko dari Inflasi Harga yang diatur pemerintah (Administered Price) yang perlu mendapat perhatian di antaranya yaitu kenaikan harga aneka rokok sejalan dengan kenaikan tarif cukai rokok tahun 2024 sebesar 10 persen dan rokok elektrik sebesar 15 persen. 

Berdasarkan data, Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Lampung pada bulan November 2024 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,42 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan periode Oktober 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,20 persen (mtm).

Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang tercatat inflasi sebesar 0,30 persen (mtm), walaupun lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tingkat perkembangan IHK di Provinsi Lampung pada bulan November dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,48 persen (mtm).

Secara tahunan, IHK di Provinsi Lampung pada bulan November 2024 mengalami inflasi 1,50 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,94 persen (yoy), begitu juga jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,55 persen (yoy). 

Dilihat dari sumbernya, inflasi terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok makanan dan minuman. Komoditas utama penyumbang inflasi tertinggi adalah bawang merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih dan jeruk dengan andil masing masing sebesar 0,21 persen; 0,09 persen; 0,04 persen; 0,03 persen; dan 0,03 persen (mtm).

Peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh telah masuknya musim hujan sehingga berdampak kepada produktivitas penghasil lokal (Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Pesawaran) serta wilayah rekanan (Brebes).

Adapun peningkatan harga tomat juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi menyebabkan tomat cepat membusuk sehingga petani mengalami gagal panen.

Peningkatan harga daging ayam ras disebabkan oleh harga pakan ternak (jagung) yang mengalami kenaikan. Adapun hal tersebut tercermin dari data harga PIHPS untuk komoditas daging ayam ras secara rerata sebesar Rp31.500,00, lebih tinggi dari Rp29.500,00 pada bulan sebelumnya.

Lebih lanjut, peningkatan harga bawang putih dan jeruk turut disebabkan oleh melambatnya impor serta dampak cuaca yang menghalangi distribusi ke pasar.

Adapun dampak cuaca tersebut sejalan dengan prakiraan BMKG bahwa mayoritas wilayah di Provinsi Lampung menghadapi intensitas hujan menengah-tinggi pada bulan Desember 2024. 

Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi pada November 2024 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, terutama beras, cabai rawit, kentang, kopi bubuk, dan terong dengan andil masing-masing sebesar -0,03 persen; -0,03 persen; -0,02 persen; -0,01 persen; dan -0,01 persen (mtm). Penurunan harga beras sejalan dengan telah masuknya panen gadu pada pertengahan bulan Oktober 2024.

Hal tersebut tercermin dari produksi padi sebesar 525,8 ton GKG, tumbuh 22,85 persen (yoy) pada triwulan IV 2024.

Adapun penurunan harga cabai rawit pasokan yang berlimpah pasca panen raya di daerah sentra (Jawa Timur). Melambatnya harga kopi bubuk disebabkan oleh telah masuknya panen petani lokal. Adapun harga terong dan kentang melambat disebabkan oleh pasokan yang terjaga serta tidak diiringi oleh permintaan yang tinggi.(**)

Editor: Agus Setyawan


Comment

Berita Terkait


Tuhu Bangun: “Setiap Insan PTPN I Regional ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Menggunakan ilustasi satu unit mobil, Re ...


Dukung Program Makan Bergizi Gratis, PGN dan ...

MOMENTUM, Jakarta--PT PGN Tbk dan Badan Gizi Nasional (BGN) melak ...


Sukseskan Asta Cita Prabowo-Gibran, HIPPI Lam ...

MOMENTUM, Jakarta-- Sebanyak 18 pengurus Himpunan Pengusaha Pribu ...


Jelang Akhir 2024, BI Catat Inflasi di Lampun ...

MOMENTUM, Bandarlampung-- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) L ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com