MOMENTUM, Lhoknga — Siapa sangka tumpukan sabut kelapa di pesisir Lhoknga, Aceh, yang dulu dianggap sampah tak berguna, kini justru menjadi sumber penghidupan baru bagi warga setempat.
Lewat program inovatif Sobat Si Abes (Solusi Bersama Jaga Ekosistem Pesisir dan Laut Bebas Sampah), PT Solusi Bangun Andalas (SBA) bersama Bank Sampah Generasi Milenial (Basagemil) berhasil mengubah limbah kelapa menjadi produk bernilai ekonomi tinggi — sekaligus membawa pulang penghargaan bergengsi Subroto Award 2025 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Penghargaan yang diserahkan di Hotel Kempinski Jakarta pada 24 Oktober 2025 itu menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi dan inovasi dalam program pemberdayaan masyarakat. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, turut menyerahkan langsung penghargaan tersebut kepada perwakilan perusahaan.
General Manager PT Solusi Bangun Andalas, R. Adi Santosa, mengatakan bahwa keberhasilan ini menjadi bukti nyata komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan dan memperkuat kolaborasi dengan masyarakat.
“Keberhasilan sebuah perusahaan tidak hanya diukur dari kinerja bisnis, tetapi juga dari seberapa besar manfaat yang dapat dirasakan masyarakat. Kami ingin terus menciptakan peluang kolaborasi yang membawa perubahan positif bagi lingkungan dan ekonomi warga,” ujarnya.
Program Sobat Si Abes lahir dari keprihatinan atas banyaknya limbah kelapa yang menumpuk di Desa Meunasah Mesjid, Kecamatan Lhoknga. Dengan semangat Meuseuraya — budaya gotong royong khas Aceh — SBA dan Basagemil menggagas cara kreatif mengolah sabut kelapa menjadi cocofiber dan cocopeat, dua produk ramah lingkungan dengan nilai jual tinggi.
Cocofiber, serat alami dari sabut kelapa, kini dimanfaatkan di kafe milik BUMG Meunasah Balee sebagai penyaring air cucian piring. Air hasil saringan digunakan kembali untuk kolam ikan lele — cara cerdas menghemat air dan menekan biaya operasional.
Sementara itu, cocopeat, serbuk halus dari sabut kelapa, dijadikan media tanam dan pupuk kompos bagi kelompok petani hydrofarm di Desa Lamkruet. Hasilnya, tanaman cabai dan tomat tumbuh lebih subur dan rimbun, sementara biaya pupuk berkurang signifikan.
Tak hanya itu, cocopeat juga dicampur dalam pakan ternak bebek serati, yang terbukti mampu meningkatkan berat bebek hingga 450 gram dalam 25 hari. Inovasi ini tak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menambah penghasilan peternak.
Ketua Basagemil, Alhadi, mengaku kehidupan warga berubah sejak program ini berjalan.
“Dulu limbah kelapa menumpuk dan mencemari pantai. Sekarang semuanya bisa dimanfaatkan, bahkan jadi sumber penghasilan baru bagi kami,” tuturnya dengan bangga.
Kini, Basagemil telah berkembang menjadi yayasan mandiri dengan legalitas resmi dan sistem produksi yang berkelanjutan. Selain limbah kelapa, kelompok ini juga aktif mengelola sampah plastik dari pesisir pantai. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah sampah plastik yang berhasil dikumpulkan meningkat tajam — dari 20 kilogram pada 2021 menjadi 500 kilogram pada 2024.
Bagi PT Solusi Bangun Andalas, Sobat Si Abes bukan sekadar program CSR, melainkan bentuk nyata shared value — menciptakan manfaat bersama bagi masyarakat dan lingkungan.
Dengan keberhasilan ini, SBA berharap program pengelolaan limbah kelapa di Lhoknga bisa menjadi model inspiratif bagi daerah lain di Indonesia.
“Kami ingin kisah ini menjadi bukti bahwa keberlanjutan dan kesejahteraan bisa berjalan beriringan. Dari sabut kelapa, lahir semangat baru untuk menjaga bumi,” kata Adi Santosa. (**)
Editor: Muhammad Furqon
E-Mail: harianmomentum@gmail.com