Harianmomentum--Berjuang demi mengais nafkah berbalut penderitaan di negara
orang. Itulah yang terkadang dialami tenaga Kerja Indonesia (TKI) para pilar
penyokong devisa negara.
Beberapa diantaranya berhasil dan
mengembangkan usaha saat kembali ke kampung halaman, namun ada juga yang mengalami
nasib sebaliknya.
Lasmanawati (45) warga Desa Lebung,
Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur (Lamtim), adalah salah satu
contoh TKI yang berhasil.
Setelah 10 tahun menjadi TKI di Jeddah
dan Minah, Arab Saudi, wanita ini pulang kampong dan mencoba peruntungan dengan
terapis tradisional dengan menggunakan semacam alat listrik.
"Berbekal modal hasil dari kerja
di Arab akhirnya saya memutuskan pulang kampung. Profesi ini tidak selamanya
akan menjadi pekerjaan tetap, jadi ada batasan umur," kata Lasmanawati
kepada Tim Media Jaringan Arinal Berkarya (JAYA), Sabtu (30/9).
Apa yang didapatkan dirinya di Arab
itu okeh Lasmanawati dijadikan modal untuk mengembangkan usaha di Desa Lebung.
Sebagai terapis listrik, Lasmanawati sudah banyak menyembuhkan para pasiennya,
mulai dari anak muda sampai lanjut usia.
"Metode pengobatan nya sangat
mudah, pasien kita baringkan di tempat tidur dan dialiri alat yang mengandung
listrik," kata dia.
Bergelut selama 7 tahun, membuat
Lasmanawati mantap dengan usaha nya tersebut. Profesi yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya ini justru membuat dirinya banyak dikenal orang.
"Pasien saya datang dari berbagai
penjuru Lampung, mungkin beberapa pasien yang datang memberitahu kepada warga
lainnya sehingga pada datang kesini," ujarnya.
Lasmanawati juga mengungkapkan,
sejumlah wilayah di Lamtim merupakan kampungnya TKI. Bagi TKI yang sukses,
tentunya bukan perkara yang sulit untuk memulai suatu usaha. Namun, bagi yang
kurang beruntung, hal itu memerlukan perhatian pemerintah.
"Kasihan sama mereka yang tidak
ada modal dan tidak beruntung semasa bekerja di luar negeri. Ini perlu upaya
dan campur tangan pemerintah, jangan dibiarkan warga menderita hanya karena
mereka pulang membawa kegagalan," kata dia.
Jika ada asumsi bahwa menjadi TKI itu
enak, kata Lasmanawati, mungkin benar, karena bayaran di luar
negeri sangat menggiurkan. Namun ada faktor non teknis yang membuat hasil
yang didapatkan para TKI justru membuat hudup mereka berbanding terbalik dari situasi
yang sesungguhnya.
Bekerja menjadi TKI menurut
Lasmanawati ibarat terperangkap di tengah situasi perang. Perang dalam hal ini
yakni perang melawan ketertinggalan di negeri sendiri.
"Saya sebagai mantan TKI dan
kawan kawan kainnya ini mengadu nasib di negeri orang untuk memperbaiki
perekonomian keluarga kami. Hasil yang kami dapat memang menggiurkan, namun
siapa yang bisa menebak dibalik apa yang kami dapatkan ada hal yang sangat mengenaskan
dan susah utuk diungkapkan ke publik," tutup Lasmanawati. (rls)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com